Cari Blog Ini

Minggu, 17 November 2013

JKT48 dan Budaya Pop Jepang di Indonesia

Fakta dan Mitos - AKB48 adalah kelompok idola Jepang yang semua anggotanya adalah perempuan yang dibentuk oleh Yasushi Akimoto . Tidak seperti kelompok Idol lain di Jepang, AKB48 adalah grup idol berbasis teater dan memiliki teater sendiri di Akihabara (salah satu distrik di Tokyo) di mana mereka melakukan aksi panggung sekali setiap hari kerja, dan lebih dari sekali pada hari Sabtu dan Minggu. Nama ini berasal dari sebuah representasi, disingkat dan diromanisasi dari "Akihabara". AKB48 saat ini memegang Guinness World Records untuk menjadi "Kelompok Pop dengan jumlah anggota terbesar".

JKT48 (dibaca : Jiketi Fourty Eight) adalah salah satu Idol Group bentukan Yasushi Akimoto yang berada diluar Jepang, selain SNH48 (Shanghai, China). Sedangkan 48Family lain bentukan Akimoto adalah AKB48 (Akihabara, Tokyo), NMB48 (Namba, Osaka), SKE48 (Sakae, Nagoya), dan HKT48 (Hakata, Fukuoka). Mungkin kebanyakan masyarakat Indonesia menganggap bahwa JKT48 adalah sama dengan girlband yang sudah muncul lebih dahulu, namun tidak demikian. JKT48 mengusung konsep idol group yaitu dimana kelompok ini adalah seperti sebuah Akademi Keartisan. Anggotanya tidak hanya dilatih untuk bisa bernyanyi dan menari, tetapi bakat lainnya.

Member dari JKT48 dituntut untuk memiliki multitalent. Motto dari konsep JKT48 adalah tumbuh dan berkembang bersama fans, semakin berkembang mereka, akan semakin banyak fans. JKT48 pun akhirnya dengan mudah masuk mewabah dan menjamur di Indonesia. Kalangan remaja Indonesia kini sangat mengidolai idol group yang memulai debut dan perkenalan pertama pada 2 November 2011 itu. JKT48 juga mewabah di Indonesia tentunya dengan membawa karakter-karakter dari sister groupnya, AKB48 yaitu budaya pop Jepang. Tidak heran jika warna negeri sakura sangat melekat di dalam setiap penampilan JKT48.

Mulai dari musik yang beraliran gaya pop Jepang hingga kostum yang dikenakan sebagian besar identik dengan seragam pelajar yang ada di sekolah-sekolah di Jepang. Dalam setiap penampilannya juga para anggota/member JKT48 bertingkah seperti wanita Jepang. Konsep dari 48Family memang mengusung musik khas Jepang dengan tempo yang cepat, dan penyebarannya seperti di China (SNH48) dan Indonesia (JKT48) hanya mengganti lirik dari lagu AKB48 dengan bahasa dari Negara tersebut. JKT48 juga mengikuti aturan golden rules yang berisi 7 larangan bagi para anggotanya. Jika melanggar aturan ini, maka member tersebut akan graduate/diluluskan secara tidak hormat. Benar. Terdapat system graduate atau lulus bagi para membernya, karena 48Family bersifat akademi.

Para fans JKT48 yang biasa disebut Wota pun tidak lepas dari kebudayaan dalam dunia peridolan di Jepang. Saat menonton konser JKT48, para fans ini melakukan gerakan tarian (Wotagei) seperti fans-fans kelompok 48Family lainnya. Mereka menari-nari dan mengencore dengan gaya Jepang. Bahkan, saat meneriakkan yel-yel juga menggunakan bahasa Jepang. Para remaja ini dengan mudahnya mengadaptasi budaya Jepang dalam mengidolai JKT48. Fans dibuat benar-benar kecanduan akan JKT48, bahkan bukan hanya menjadi sekedar fans, namun menjadi "die hard fans" atau fans garis keras. Melalui berbagai media, mereka mencari segala hal yang berkaitan dengan para member, terlebih lagi dengan oshi mereka. Oshi adalah sebutan bagi member pilihan.

Perubahan sosial budaya sangat terlihat pada diri fans-fans ini. Karena mereka mulai masuk ke dunia peridolan, merekapun mulai masuk juga ke budaya Jepang. Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan.

Menurut saya, jika kita mengidolai sesuatu atau seseorang, janganlah sampai pada pemujaan yang berlebihan. Karena fans JKT48 akan mengorbankan apapun demi bisa melihat idolanya itu dari dekat. Padahal para fans pun memiliki aturan tersendiri saat menonton pertunjukkan JKT48. Tetapi mereka tetap nekat berusaha supaya bisa menyapa langsung. Event handshake , high toss , dan lainnya mereka ikuti meskipun harus membayar cukup banyak uang hanya untuk sekedar berjabat tangan selama 10-15 detik dengan para member. Jangan juga melupakan bahwa JKT48 itu tetap harus menonjolkan sisi Indonesianya mereka, tidak melulu mengembangkan tradisi dan budaya dari negeri matahari terbit tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar