Fakta dan Mitos - Hadiah yang dijanjikan dalam satu kemasan makanan ringan (snack) sepertinya sudah membius anak-anak sekolah, selain kemasan yang ditampilkan begitu menarik dan colorfull ternyata keberadaan hadiah yang sebenarnya nilainya tidak seberapa ternyata menjadikan anak-anak sekolah terpikat untuk membeli makanan olahan ini.
Dengan hadiah yang amat kecil, paling-paling seribu hingga lima ribu rupiah, anak-anak yang masih polos ini sedikit demi sedikit teracuni oleh beberapa makanan olahan yang jika ditimbang kadar gizinya sangat tidak sesuai dengan efek yang ditimbulkan. Mungkin gejala pengaruh dari mengkonsumsi makanan ringan ini tidak langsung dirasakan oleh penikmatnya, akan tetapi menunggu beberapa tahun kemudian barulah efeknya terasa, misalnya kondisi fisik yang lemah, daya berfikir otak yang lemah dan lebih parah lagi ada kemungkinan gagal ginjal karena pengaruh bahan pengawet. Karena biasanya dalam makanan ringan pun dilengkapi dengan bumbu penyedap (MSG) yang kadangkala ukuran yang dimasukkan dalam makanan tersebut melewati ambang batas aman penggunaan.
Lebih dari itu jika makanan itu merupakan makanan dengan pemanis buatan dengan kadar tinggi, dampaknya terjadi kerusakan dalam organ-organ dalam lainnya termasuk organ kadar gula darah yang tinggi dan hati yang paling berat dalam pengolahan makanan. Karena fungsinya menetralisir racun yang terbawa dalam makanan.
Dalam makanan ringan (snack) berbahan dasar gandum, tepung terigu, singkong, jagung hakekatnya merupakan makanan yang bergizi karena di dalamnya mengandung karbohidrat yang membantu proses pertumbuhan dan penghasil tenaga untuk beraktivitas. Akan tetapi kecilnya manfaat dari makanan ringan tersebut tidak sebanding dengan resiko bahaya yang akan menimpa. Bahkan adapula kandungan yang berbahaya tersebut mengandung logam dan plastik karena terpapar logam dalam pengolahan serta kemasan yang digunakan.
Selain pengaruh bahan kimiawi yang bersifat logam, ada efek yang sedikit demi sedikit dirasakan, di antaranya kegemukan akibat terlalu banyak mengkonsumsi karbohidrat dan gula sedangkan aktivitas anak-anak ini masih sangat sedikit dibandingkan dengan aktifitas makan (ngemil) makanan ringan.
Kembali pada rayuan dan tawaran hadiah yang disuguhkan pada makanan ringan, secara otomatis turut mensugesti pemikiran anak-anak agar sesering mungkin mengkonsumsi kudapan tak layak bagi mereka. Bahkan adapula uang hadiah yang sudah pasti mengandung zat pewarna dan bahan kimia lain dalam uang hadiah (uang kertas) ikut dimasukkan dalam kemasan tanpa dibungkus dengan rapi. Maka secara otomatis kandungan kimiawi pun turut membantu dalam proses pencemaran dalam makanan. Sebuah kondisi makanan ringan yang amat berbahaya bagi kesehatan anak-anak sekolah.
Bagaimana mengatasi anak yang kecanduan makanan ringan (snack) Mencegah anak-anak untuk tidak mengkonsumsi makanan ringan olahan pabrik (snack) sepertinya agak sulit, disebabkan karena tidak setiap waktu orang tua khususnya kaum ibu dapat mengontrol dan mengawasi jajanan anak-anak mereka. Selain itu adakalanya karena kesibukan para orang tua di luar menuntut mereka untuk menyediakan makanan ringan sebagai teman selama orang tua mereka tidak ada di rumah.
Namun, ada beberapa tips agar anak-anak tidak terlalu kecanduan minimal mencegah mereka mengkonsumsi makanan tak layak bagi kesehatan mereka, misalnya :
1. Tunjukkan jenis makanan yang sehat
Menunjukkan dan berikan pemahaman jenis makanan ringan yang sehat dan sedikit kemungkinan terkontaminasi bahan pewarna dan pengawet berbahaya sehingga meskipun sesering apapun mengkonsumsi makanan tersebut tidak menimbulkan kekhawatiran.
Contoh makanan di sini misalnya jenis kacang-kacangan,misalnya kacang garing atau kacang polong, pilus dan lain-lain bahan makanan dari jenis kacang-kacangan. Karena biasanya jenis makanan ini dalam pengolahan sedikit sekali menggunakan bahan minyak dan umumnya tidak menggunakan pengawet makanan dan tidak mencampurkan gula baik gula tebu maupun pemanis buatan karena rasanya asli rasa kacang yang gurih selain itu tekstur yang kering sehingga makanan ini lebih awet.
2. Berikanlah uang secukupnya
Uang memang menjadi pemicu anak-anak sekolah melakukan jajan, membeli makanan yang seringkali terlepas dari kontrol. Jika orang tua memberikan uang yang berlebihan secara otomatis orang tua memberikan kesempatan kepada anak-anaknya untuk menghabiskan uang jajan meski jumlah cukup banyak. Dengan memberikan uang yang cukup sesuai dengan kebutuhan paling tidak keinginan anak untuk jajan lebih dapat dikontrol oleh orang tua.
3. Siapkanlah makanan ringan dari rumah
Biasanya anak-anak perdesaan tidak sulit mencari makanan yang aman. Alasannya karena di desa para pedagang pada umumnya menjual makanan hasil panen atau membeli bahannya di pasar terdekat. Misalnya : keripik singkong, keripik pisang, grubi, pisang goreng, jagung rebus, dan jenis makan lain yang tentu saja lebih sehat. Namun demikian, jika di perkotaan, biasanya cukup sulit mencari jenis makanan di atas. Karena biasanya yang berjejer adalah kantin instant dan swalayan-swalayan yang berjejeran dengan aneka makanan olahan yang tentu saja mengandung pengawet, pewarna, pemanis buatan dan tentu saja MSG penyedap makanan. Oleh karena itu, kebijakan orang tua untuk mempersiapkan jenis makanan sehat dari rumah sangat dibutuhkan oleh anak-anak agar mereka tidak terbiasa jajan di kantin yang tidak sehat.
4. Berikan bekal makan yang menarik dan unik
Ada beberapa contoh yang disampaikan oleh para pembuat kreasi bekal yang banyak kita temukan di media massa maupun media online, tentu saja kita dapat membrowsing dengan mudah sehingga jenis makanan yang menarik, unik dan sehat tersebut dapat kita buat sedemikian rupa. Sehingga anak-anak akan tertarik dengan makanan yang dipersiapkan dari rumah. Tentu saja karena dipersiapkan oleh ibunya di rumah, sang ibu tentunya mencarikan bahan makanan yang bergizi dan tentu saja sehat.
Demikian tips untuk mengatasi ketergantungan anak terhadap makanan-makanan ringan yang berbahaya.
Semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar